Menggapai Mahameru

Gunung Semeru merupakan gunung berapi tertinggi yang ada di pulau Jawa. Semeru memiliki ketinggian 3.676meter diatas permukaan laut, dengan Mahameru sebagai puncaknya. Gunung ini berada antara Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur. Pesona alam dan nuansa petualangannya begitu memikat hati para pendaki dan juga wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Begitupun kami dari Perhimpunan Penempuh Rimba & Pendaki Gunung Dewadaru sangat berhasrat untuk menjajal nuansa petualangannya.

Tepatnya pertengahan tahun 2004 Dewadaru sengaja mengagendakan pendakian Semeru sebagai program kerja pada waktu itu. jauh-jauh hari tim yang akan berangkat sengaja mempersiapkan segala kebutuhan yang dapat menunjang lancarnya pendakian. Mulai dari segi pendanaan, perizinan, tes fisik dan juga persiapan semua perlengkapan pendukung berjalan jauh hari sebelum pendakian dan terorganisir rapi.

Hingga tiba hari H keberangkatan, sore hari dari Basecamp tim bertolak menuju stasiun Bandung. Dari sini perjalanan Bandung-Surabaya ditempuh dengan kereta api bisnis Mawar Selatan, keberangkatan kereta bisnis tujuan Surabaya adalah pukul 17.00 dan tiba di Stasiun Gubeng Surabaya sekira pukul 07.00 Wib. Adapun rute yang kami tempuh dari Bandung hingga Ranu Pani (desa terakhir yg ada di kaki gunung semeru) :
Penampakan di Stasiun Bandung
St. Gubeng Surabaya
  • Bandung - Surabaya (Kereta Api)
  • Surabaya - Malang (Elf, Angkutan antar kota)
  • Malang - Tumpang (Angkutan Kota)
  • Tumpang - Ranupani (Jeep Angkutan)
Alun-alun Malang
Numpang gaya di Tumpang
Ranu Pani
Ranu Pani, disini para pendaki yang ingin naik ke Semeru diwajibkan lapor untuk didata oleh petugas balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru untuk safety prosedur. Di desa ini kami menginap satu malam sebelum pendakian esok hari, dan kami menginap di rumah Bapak Tumari yang telah lama kenal dengan beberapa anggota senior Dewadaru. Dan baru keesokan hari perjuangan menuju Mahameru dimulai. Go...Fight...Win......

Pak Tumari
Bu Tumari

Ayek-ayek adalah jalur yang kami pilih di awal pendakian, bukan jalur normal yang biasa para pendaki lalui. kedua jalur ini pada akhir nya akan bertemu di danau yang terkenal disebut Ranu Kumbolo, dengan sedikit melewati padang sabana yang luas.
Ranu Kumbolo merupakan shelter untuk menginap para pendaki, dipinggir Ranu Kumbolo yang menyuguhkan panorma yang indah. Disini pendaki bisa mandi ataupun memancing ikan.



Ranu Kumbolo
Menginap satu malam di Ranu Kumbolo, keesokan hari setelah packing dan tentunya sarapan pagi track berikutnya menanti untuk dilalui. Tepat dihadapan Ranu Kumbolo sebuah tanjakan yang lajim dikalangan para pendaki disebut Tanjakan Cinta sudah menunggu sebagai santapan awal, kemudian turun menuju padang sabana Oro-oro Ombo dengan vegetasi didominasi rerumputan dan belukar kecil yang menyajikan pemandangan yang sangat indah. Melangkah melewati Oro-oro Ombo memasuki hutan cemara, daerah ini disebut Cemoro Kandang. Setelah melewati Cemoro Kandang pendaki kembali akan menemui pos atau shelter berikutnya yaitu Kalimati. Vegetasinya hampir sama dengan Oro-oro Ombo yaitu padang rumput luas ditepi hutan cemara, disini terdapat sumber mata air yang dapat digunakan oleh pendaki. Kami hanya beristirahat sebentar disini kemudian sedikit naik ke Arcopodo Basecamp terakhir kami sebelum penyerbuan ke Puncak. jalur Kalimati-Arcopodo memerlukan kehati-hatian karena jalur ini sangat curam dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900mdpl, yang mana merupakan wilayah vegetasi terakhir di Semeru dan selebihnya akan melewati bukit pasir.

Oro-oro Ombo


Cemoro Kandang in Action


Kalimati
Kalimati-Arcopo track
Camp Arcopodo dini hari saatnya Summit Attack. Packing perlengkapan yang dibutuhkan kemudian menimbun ransel kami, karena dari sini kami hanya membawa daypack yang berisi makanan minuman dan alat dokumentasi untuk merayap naik ke Mahameru. Perbatasan antara vegetasi hutan cemara dan bukit pasir disini terdapat banyak sekali tugu memorable untuk mengenang para pendaki yang meninggal di Semeru, miris juga melihatnya. Dari Arcopodo menuju puncak Semeru memerlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Sekira pukul 08.00 kami tiba di Mahameru, saat itu cuaca memang kurang bersahabat. kabut tebal menyelimuti area puncak. Kami tak dapat menyaksikan letupan Jonggring Seloka yang terjadi setiap antara 15-30 menit sekali. Para pendaki tidak boleh berlama-lama di puncak karena pada siang hari angin cenderung kearah utara menuju puncak membawa gas beracun Jonggring Seloka.

Summit Attack
Mahameru



Yang mendanai this Project
Tepat sebelumpukul 10.00, kami bergegas turun dari puncak. kembali ke Arcopodo mengemasi Ransel masing-masing untuk kemudian bertolak menuju Ranu Kumbolo dan beristirahat disana. Satu malam lagi kami tegaskan hadir dan berada di Ranu Kumbolo dan turun ke Ranu Pani keesokan harinya.

Ranu Pani, Ibu Tumari telah menyambut kami dengan hidangan khas nya. Untuk satu malam lagi juga kami bermalam di keluarga Tumari, beristirahat meluruskan otot-otot tubuh yang serasa remuk heheheheeee..alay dikit. Keesokan hari adalah saatnya berpamitan kpada keluarga yang telah berbaik hati menjamu dan mengizinkan kami untuk menginap di kediaman nya.......

Ngaleueut Pak.......


Uwih deui ka Bandung...........

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Nice Journey bray ..
hehehe ..

(http://yoyosuryosugiharto.wordpress.com)

Unknown mengatakan...

Hatur nuhun kang Yoyo, very nice journey...
Kangen hoyong k semeru deui hhee

Anonim mengatakan...

Februari 2014 bade kaditu deui..
bade ngiring? (yyoyo)

Nuckie mengatakan...

Aya sayah geuning .... ?

Posting Komentar